Friday, April 22, 2011

Menyembuhkan Anak Autis



Dokter Yenny yang baik, saya ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Yang pertama berusia 12, yang kedua 9 dan yang terakhir berusia 5 tahun. Khusus anak yang ketiga ini, saya dan suami memberi  perhatian ekstra keras. Pasalnya menurut pengamatan dari teman-teman saya dan juga beberapa orang yang berpengalaman di bidang pendidikan anak, putra ketiga saya ini dikatakan terkena gejala autis. Terus terang, saya sendiri tidak mengeti benar apa itu autis, hanya yang saya tahu anak saya mengalami gangguan persepsi, kurang fokus, dan sering mengoyang-goyangkan tangan atau kaki tanpa sebab yang jelas.
Yang ingin saya tanyakan pada dokter, apa yang disebut dengan autis sebenarnya? Apakah anak saya terkena gejala autis? Kalau memang benar, dimana saya bisa memberikan terapi untuk anak saya? Apakah pengobatan akupuntur bisa memberikan solusi untuk anak autis? Apakah anak saya bisa disembuhkan?
Ibu Nadia (Cibinong)

Jawaban :

Apa kabar Ibu Nadia,

Marilah kita mengenal lebih dahulu tentang autisme.
Autisme adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal, yang dimulai sejak lahir atau masa balita, yang berakibat adanya isolasi dari orang lain/dunia luar dan masuk dalam dunia repetitive/berulang serta aktivitas dan minat yang obsesif.
Anak dengan autisme tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan berinteraksi dengan orang lain. Anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangsangan dari luar (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku repetitive atau berulang seperti menggoyangkan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Selain perilaku mengulang gerakan, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, gejala  lain yang dapat dilihat pada para penyandang autisme adalah respon yang tidak wajar (biasanya berlebihan) terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.

Gejala – gejala di bawah  ini dapat diamati pada para penderita autisme :
  1. Hambatan dalam berkomunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
  2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
  3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
  4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
  5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku tertentu yang tidak normal.
Terapi autisme harus dimulai sejak awal dan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan potensi, kekurangan dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan:
1.      Terapi okupasi, untuk membantu anak dalam mengembangkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
2.      Terapi wicara, untuk membantu anak dalam berkomunikasi dengan berbicara dan pemahaman bahasa, baik secara verbal maupun non-verbal.
3.      Terapi perilaku, untuk membantu anak dalam merespon stilmulasi motorik dan sensorik dari luar dan menstabilkan mood.
4.      Terapi biomedik,  yaitu diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).
Anak penderita autisme umumnya alergi terhadap beberapa jenis makanan. Pengalaman orangtua dalam mengatur makanan dan memperhatikan gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut ini contoh diet untuk penderita autisme :
a)      Diet non-gluten dan non-kasein, antara lain menghindari produk terigu dan susu.
b)      Diet non ragi, antara lain menghindari jamur, roti, makanan kaleng dan buah kering.
Menurut Traditional Chinese Medicine (TCM), autisme disebut juga  "Syndrome of Five Delays", dimana energi vital /Qi (baca : Chi) yang diturunkan dari orang tua kurang kuat atau keseimbangan Qi dari luar / lingkungan dan Qi dari dalam tubuh terganggu. WHO telah mengakui bahwa bila dilakukan bersama terapi medis, akupunktur dapat lebih cepat membantu mengurangi gejala autisme dibandingkan dengan bila terapi medis berdiri sendiri.
Terapi akupunktur bertujuan untuk menguatkan Qi dari dalam tubuh, mengembalikan keseimbangan Qi tubuh dan lingkungan, dan menjaga keseimbangan  Yin – Yang. Penusukan titik – titik akupunktur dilakukan di kepala selama 30 menit, dan selama terapi, anak dapat berjalan-jalan, makan, belajar membaca, atau bermain bersama orangtuanya. Terapi dilakukan dengan frekuensi 2 – 3 kali dalam seminggu.
Akupunktur kepala adalah terapi yang paling efektif dalam menangani gangguan syaraf pusat, termasuk untuk penderita autisme, karena dipercaya dapat merangsang pembentukan neurotransmiter di otak secara normal, termasuk endorphin, yang dapat meningkatkan respon anak terhadap stimulasi dari luar, terutama pada anak yang menunjukkan hiperaktifitas.
Tiap anak akan memberikan respon yang berbeda pada tiap jenis terapi, maka penting untuk melaksanakannya secara konsisten dan teratur. Terapi – terapi di atas sebaiknya dilakukan bersamaan dan biasanya akan terlihat kemajuan yang signifikan setelah 3 bulan.
Meskipun tidak dapat sembuh total, terapi medis dan terapi akupunktur yang dilakukan bersama – sama akan membantu anak penderita autisme untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan sekitarnya secara lebih baik. Hal ini akan membantu si anak agar dapat lebih mandiri dalam kehidupannya.
Berdasarkan gejala – gejala yang Ibu sebutkan, mungkin saja anak Ibu menderita gejala autisme. Untuk lebih jelasnya, silahkan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak terlebih dahulu untuk menentukan diagnosis yang pasti. Bila anak Ibu benar- benar dinyatakan menderita autisme, maka terapi – terapi di atas dapat segera dilakukan untuk mempercepat mengurangi gejala yang diderita.
Semoga penjelasan saya ini dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan Ibu. Dan teruslah berdoa, karena kesembuhan hanya akan terjadi dengan kuasa Tuhan.